Sabtu, 16 Januari 2016

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) MIN MACANANG Jln.mappadeceng kec. Tanete Riattang Barat Kab.Bone



PROBLEMATIKA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
MIN MACANANG
Jln.mappadeceng kec. Tanete Riattang Barat Kab.Bone




 








Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Telaah Materi PAI di Madrasah pada jurusan tarbiyah program studi Manajemen Pendidikan Islam (MPI) kelompok 5 semester V

Oleh :

KHAERANA

EKI SULFIANA



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN )
WATAMPONE
2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Ilmu pendidikan sebagai suatu disiplin ilmu dan beberapa cabangnya, menjadi kebutuhan umat manusia, karena dengan pendidikan, transformasi ilmu pengetahuan dan kebudayaan dapat diwariskan ke generasi berikutnya. Sejalan dengan perkembangan kebutuhan manusia, perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, tentunya berkembang pula ilmu pendidikan mengiringi perkembangan jaman tersebut. Perkembangan ini menyangkut filosofi pendidikan, muatan materi, metodologi, media dan sumber belajar yang muaranya bagaimana agar proses transformasi budaya itu dinamis sehingga tujuan transformasi itu sendiri tercapai.
Banyak permasalahan yang terjadi di dalam dunia pendidikan, misalnya permasalahan kurikulum, pendidik dan tenaga pendidik, sarana dan prasarana, proses pembelajaran, pembiayaan, penilaian, peserta didik, orang tua, masyarakat, lingkungan pendidikan, penyelenggara pendidikan, regulator pendidikan. Tetapi dalam makalah ini, penulis fokus pada problematika pendidikan agama Islam dalam proses pembelajaran.
B.       Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian problematika pembelajaran?
2.      Apa pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI)?
3.      Apa sajakah problematika pembelajaran materi PAI di madrasah?
C.      Tujuan Penulisan
1.      Menegetahui pengertian problematika pembelajaran.
2.      Mengetahui pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI).
3.      Mengetahui problematika pembelajaran materi PAI di madrasah.


BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Problematika
Banyak ahli mengemukakan pengertian masalah. Ada yang melihat masalah sebagai ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakan. [1]
Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu dihilangkan. Sedangkan menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sedangkan pengertian belajar dapat didefinisikan “Belajar ialah sesuatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Menurut ( Garry dan Kingsley, 1970 : 15 ) “Belajar adalah proses tingkah laku ( dalam arti luas), ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan”. Sedangkan menurut Gagne (1984: 77) bahwa “belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”. Dari definisi masalah dan belajar maka masalah belajar dapat diartikan atau didefinisikan sebagai berikut :
“Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan”.
Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau cerdas.
B.       Pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI)
Menurut Zakiah Daradjat pendidikan pendidikan agama Islam atau At-Tarbiyah Al-Islamiah adalah usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup. Sedangkan menurut Ahmad D. Marimba (dalam Umi Uhbiyat) pendidikan Islam adalah: bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam, menuju terciptanya kepribadian utama menurut ukuran Islam.
Pendidikan agama Islam adalah suatu kegiatan yang bertujuan menghasilkan orang-orang beragama. Dengan demikian pendidikan agama perlu diarahkan ke arah pertumbuhan moral dan karakter. Ditinjau dari beberapa definisi pendidikan agama Islam di atas dapat didimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah sebagai berikut:[2]
a.    Segala usaha berupa bimbingan terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak, menuju terbinanya kepribadian utama sesuai dengan ajaran agama Islam.
b.    Suatu usaha untuk mengarahkan dan mengubah tingkah laku individu untuk mencapai pertumbuhan kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam dalam proses kependidikan melalui latihan-latihan akal pikiran (kecerdasan, kejiwaan).
Berdasarkan definisi diatas, baik dari guru dan PAI dapat difahami bahwa guru pendidikan agama Islam adalah orang dewasa yang memiliki keahlian dalam ilmu keguruan yang bertugas untuk mendidik dan mengajar anak hingga memperoleh kedewasaan baik jasmani maupun rohani yang pada akhirnya anak didik tersebut mampu  menjalankan tugasnya sebagai khalifah Allah SWT, serta mampu berinteraksi sosial di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Oleh karena itu, guru merupakan salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang potensial di bidang pembangunan. Kesulitan guru PAI dalam kegiatan pembelajaran sendiri adalah persoalan-persoalan sulit yang dihadapi dalam proses pembelajaran oleh guru yang bertugas untuk mendidik dan mengajar anak didik hingga memperoleh kedewasaan baik jasmani maupun rohani dalam pendidikan agama Islam.
C.      Problematika Pembelajaran Materi Pai di MIN Macanang
Sebelum melangkah ke pembahasan tentang problematika yang dihadapi guru di MIN Macanang, kami akan menyampaikan sedikit tentang madrasah yang kami teliti ini. MIN Macanang berlokasi di Jl. Mappadeceng Kecamatan Tanete Riattang Barat.
Dari narasumber yang kami wawancarai, A. Hasnawati selaku kepala sekolah MIN Macanang, diketahui bahwa pelaksanaan pendidikan agama di madrasah tersebut menghadapi berbagai kendala, antara lain: lemahnya profesionalisme pendidik, kesiapan siswa dalam menerima materi serta metodologi dan media pembelajaran yang digunakan.[3]
1.         Problem profesionalisme pendidik
Menurut A. Hasnawati, ukuran profesional guru saat ini sudah ada instrumen yang digunakan baik instrumen tes maupun pengamatan. Kaitannya dengan pendidikan Agama, kelihatannya ukuran profesional disini perlu lebih akurat lagi. Ini kaitannya dengan transfer materi PAI bukan hanya bersifat kognitif semata melainkan ada sikap dan afeksi yang dapat di tanamkan melalui pembiasaan dan keteladanan.
Permasalahan yang muncul dalam pendidik adalah, sulitnya bagi peserta didik mencari teladanan dari guru. Misalnya keteladan dalam dsiplin, peserta didik tidak jarang lebih dsiplin daripada gurunya ketika masuk ke kelas. Demikian juga dalam amaliyah sehari-hari, ketika tiba waktunya shalat lima waktu, tidak jarang peserta didik lebih dahulu melaksanakan shalat daripada guru sendiri.
2.         Problem kesiapan siswa dalam menerima materi
Ada dua faktor munculnya problem belajar dalam diri siswa:
a.       Faktor-faktor Internal
1)      Gangguan secara fisik, seperti kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat bicara, gangguan panca indera, cacat tubuh, serta penyakit menahan (alergi, asma, dan sebagainya).
2)      Ketidakseimbangan mental (adanya gangguan dalam fungsi mental), sepertimenampakkan kurangnya kemampuan mental, taraf kecerdasannya cenderung kurang.
3)      Kelemahan emosional, seperti merasa tidak aman, kurang bisa menyesuaikan diri ( maladjustment ), tercekam rasa takut, benci, dan antipati serta ketidakmatangan emosi.
4)      Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap salah seperti kurang perhatian dan minat terhadap pelajaran sekolah, malas dalam belajar, dan sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran.
b.      Faktor-faktor Eksternal
1)      Sekolah
a)      sifat kurikulum yang kurang fleksibel;
b)      terlalu berat beban belajar (murid) dan atau mengajar (guru);
c)      metode mengajar yang kurang memadai;
d)     kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar.
2)      Keluarga (rumah)
a)      keluarga tidak utuh atau kurang harmonis;
b)      sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya;
c)      keadaan ekonomi.
3.      Metodologi dan media pembelajaran
Secara umum perkembangan metodologi ini dalam mata pelajaran PAI tidak ada masalah. Yang sering terjadi permasalahan pada saat mengajarkan materi tertentu, sulit membiarkan peserta didik berdiskusi sendiri tanpa bimbingan yang baik. Misalnya dalam keterampilan membaca Al-Qur’an pada mata pelajaran al-Qur’an Hadits, tidak mungkin membiarkan siswa belajar sendiri atau diskusi membaca al-Qura’an tanpa bimbingan langsung oleh guru. Demikian halnya dalam mata pelajaran akidah akhlak aspek keimanan. Keimanan itu pada tahap usia dini harus lebih banyak penanaman melalui doktrinasi karena secara intelektual mereka belum dapat diajak berpikir hal-hal yang absrak. Misalnya dalam menanamkan keyakinan hal-hal yang gaib, sulit bagi guru untuk menjelaskan adanya malaikat, jin, hari akhir karena diperlukan tingkat intelektual yang memadai.
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan sebagai perantara untuk menyampaikan materi kepada peserta didik. Media pembelajaran  itu sendiri ada dalam bentuk hardware ada pula dalam bentuk software. Permasalahan media pembelajaran dalam pendidikan agama Islam terdiri dari;  lemahnya kreasi dan inovasi pendidik dalam membuat media, distribusi media yang belum merata,  keengganan dalam penggunaan media, kesulitan memperoleh media pembelajaran PAI.[4]


BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Problematika pembelajaran Pendidikan Agama Islam, dapat dilihat dari proses pembelajaran  adanya beberapa muatan materi yang sulit diajarkan melalui metode-metode baru, sehingga hal ini perlu modifikasi metode konvensional dengan metode baru agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Dalam hal media pembelajaran, lemahnya kreasi anak bangsa dalam membuat media pembelajaran PAI, hal ini dibuktikan dengan jarangnya ditemukan labotatorium PAI di sekolah-sekolah atau madrasah.  Ini perlu konsentrasi dari pihak pengelola pendidikan dan regulator pendidikan Agama dalam hal ini Kemenag untuk mendorong pemerhati pendidikan Agama Islam membuat media-media yang relevan dengan materi PAI.
Permasalahan dari segi pendidik adalah kurangnya keteladanan dalam penananam nilai-nilai agama dan pembiasaan. Solusinya tidak lain harus di dorong guru-guru memberi keteladan kepada peserta didik.
Permasalahan dari peserta didik terdiri dari internal dan eksternal. Mengatasi problem internal perlu penilaian yang komprehensif melaui tes, skala sikap dan pengamatan agar peserta yang mengalami masalah segera terdeteksi dan diatasi.
B.       Saran
Untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan agama Islam, perlu adanya upaya pembinaan yang intens terhadap guru PAI untuk memberikan keteladan bagi peserta didik dalam bersikap. Selain itu, perlu adanya pendekatan antara guru dan murid karena keberhasilan seorang murid dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari sekolah seperti guru yang harus benar-benar memperhatikan peserta didiknya.


DAFTAR PUSTAKA
Hasnawati A., Kepala Sekolah MIN Macanang
Suhra Sarifa, Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, cet. II; Jakarta Pusat: Yayasan Yapma, 2014




[2] Suhra Sarifa, Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta Pusat: Yayasan Yapma,2014

[3] Hasnawati A., Kepala Sekolah MIN Macanang

[4] Hasnawati A., Kepala Sekolah MIN Macanang

Jumat, 15 Januari 2016

MMATERI PAI DI MI AL-MA’ARIF NO 1 SALIWENG BENTENG Jln. Gunung Klabat Kec. Tanete Riattang Kab.Bone



MATERI PAI DI MI AL-MA’ARIF NO 1 SALIWENG BENTENG
Jln. Gunung Klabat Kec. Tanete Riattang Kab.Bone

 








Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah telaah materi pai di madrasah jurusan tarbiyah program studi manajemen pendidikan islam (mpi)
kelompok 5 semester V
Oleh :
Kelompok III

JUSTAN
FAJAR GUNAWAN



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
WATAMPONE
2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

  Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah subahaana wata’aalah semata, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasululullah Muhammad bin Abdullah shallallaahu ‘alaihi wassallam...
   Pada tulisan kali ini kami dari kelompok 3 dalam mata pelajaran “Telaah Materi Pai di Madrasah” akan menjelaskan poin-poin penting berkenaan dengan mekanisme pelaksanaan Materi Pai di Madrasah Ibtidaiyyah khususnya sekolah yang telah kami kunjungi “MI no 1 Saliweng Benteng Jln Gunung Klabat, Kec. Tanete Riattang Kab. Bone.  Pada kunjungan kami disekolah tersebut, kami telah berhasil melakukan wawancara bersama Kepala Sekolah dan Guru mata pelajaran PAI yang Alhamdulillah dalam wawancara teresebut, kami telah mendapatkan informasi berkenaan dengan proses pelaksanaan Mata Pelajaran PAI, yang mana pada kesempatan ini kami akan memaparkan kepada pembaca dari hasil wawancara tersebut.
   Sebelum melangkah lebih jauh menjelaskan hasil wawancara tersebut, sebelumnya perlu kami sampaikan bahwa tujuan kami melakukan kunjungan wawancara di salah satu sekolah di Madrasah yang ada dikabupaten Bone ini untuk menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah kami disamping mencari tau pertanyaan kami yang selama ini belum terlalu mengenal atau mengetahui proses pelaksanaan pembelajaran yang ada pada wilayah Madrasah maupun hal-hal yang berkaitan dengan perbedaan antara sekolah Madrasah dengan sekolah-sekolah pada umumnya.



B.     Rumusan masalah

1)      Mata pelajaran apa yang diterapkan dalam MI Al-ma’arif no 1 saliweng benteng?
2)      Bagaimana bentuk strategi yang diterapkan dalam proses pembelajaran di MI Al-ma’arif no 1 saliweng benteng?
3)      Apa saja kendalah yang dihadapi selama berlangsungnya proses pelaksanaan pembelajaran MI Al-ma’arif no 1 saliweng benteng?
4)      Bagaimana bentuk penilaian pada pendidikan MI
5)      Apa yang membedakan proses pelaksanaan pendidikan MI dengan sekolah Umum?














BAB II
PEMBAHASAN

A.     Mata Pembelajaran
   Pada poin pertama ini kami akan menjelaskan materi-materi PAI yang diterapkan di sekolah MI pada umumnya. Setelah melakukan wawancara pada salah satu sekolah  MI yang ada di kab Bone, guru dan kepala sekolah  yang kami wawancarai menjelaskan, kalau selama ini mata pelajaran yang diterapkan pada sekolah MI tidak jauh beda dengan yang ada pada sekolah-sekolah pada umumnya, namun di sekolah MI ini lebih banyak pelajaran agama. Seperti:
1.      Materi PAI untuk MI
a.       Al-Quran Hadits Kls III, Kls IV, Kls V, Kls VI.
a)      Huruf huruf hijaiyah
anak-anak untuk dapat membaca Al-Quran dengan lebih baik dan benar, kita harus tahu huruf-huruf yang membentuk susunan ayat-ayat Al-Quran. Huruf-huruf itu disebut Huruf Hijaiyah.
Huruf-huruf Hijaiyah tersebut yaitu:
1)                  ا Alif (a)
2)                  ب Ba’ (b)
3)                  ت Ta’ (t)
4)                  ث Tsa’ (ts)
5)                  ج Jim (j)
6)                  ح Ha’ (h)
7)                  خ Kho’ (kh)
8)                  د Dal (d)
9)                  د Dzal (dz)
10)              ر Ro’ (r)
11)              ز Za’ (z)
12)              س Sin (s)
13)              ش Syin (sy)
14)              ص Shod (sh)
15)              ض Dlod (dl)
16)              ط Tho’ (th)
17)              ظ Dho’ (dh)
18)              ع ‘Ain (‘a)
19)              غ Ghin (gh)
20)              ف Fa’ (f)
21)              ق Qof (q)
22)              ك Kaf (k)
23)              ل Lam (l)
24)              م Mim (m)
25)              ن Nun (n)
26)              و Wawu (w)
27)              ه Ha’ (h)
28)              ء Hamzah (a)
29)              ي Ya’ (y)

b)      Tanda baca
Tahukah kalian tanda baca dalam Al-Quran? Tanda baca dalam Al-Quran disebut Harokat atau Syakal. Ada 3 macam tanda baca atau harokat, yaitu:
1)                  Tanda baca Fathah
Tanda baca ini berbunyi a
2)                   Tanda baca Kasroh
Tanda baca ini berbunyi i
3)                   Tanda baca Dlommah
Tanda baca ini berbunyi u
b.      Akidah Akhlak Kls III, Kls IV, Kls V, Kls VI.
Didalam materi pai akidah akhlak materi yang di ajarkan adalah mengenai pengertian thayyibah, asmaul husna, sifat terpuji dan sifat tercela.
c.       Fiqih Kls III, Kls IV, Kls V, Kls VI.
  Materi fiqih yang diajarkan memprioritaskan fiqih yang dekat terhadap pengalaman nyata siswa dan siap diamalkan dalam keseharian (direct learning) mereka.
  Namun, pembahasan tentang ibadah, semisal shalat, seharusnya tidak hanya terbatas pada syarat, rukun, sunnah, dan batalnya saja melainkan juga menyinggung adab dan hikmah yang relevan agar siswa mampu mengenali bahkan mengapresiasi dimensi akhlak (pembinaan moral) & makna fungsional (manfaat) dari ibadah.
  Kemudian, materi fiqih juga tidak hanya mencakup hal-hal yang “primer”, melainkan seharusnya mencakup juga hal-hal “sekunder” semisal shalat sunnah dan puasa sunnah. Namun ada hal primer dalam lingkup rukhshah yg belum tercakup seperti tayammum, padahal shalat bagi orang yg sakit (yg masuk kedalam lingkup rukhshah) sudah tercakup dalam pembahasan tersebut.
d.      Sejarah dan Kebudayaan Islam, Kls III, Kls IV, Kls V, Kls VI.
Di dalam materi pai ski, peserta didik diperknalkan sejarah menganai para nabi-nabi hingga zaman modern saat ini.
e.       Bahasa Arab, Kls IV, Kls V, Kls VI.
Peserta didik dilatih untuk menghafal kata kata benda sebagai dasar untuk pegangang ke jejang lebih tinggi kelak, dan di perkenalkan huruf huruf hijaiyyah. Dan dilatih juga untuk berdialog sesama teman teman


B.     Strategi Pembelajaran
      Adapun strategi guru dalam memberikan mata pelajaran pada murid-murid yaitu:
a.       Bercerita
b.      Bermain
c.       Pembiasaan
d.      Menggunakan media pembelajaran seperti LCD, video, dan kartu.
e.       Dan menggunakan metode afektif, kognitif, dan konvensantoris.

C.     Kendala Yang Di Hadapi Guru Dalam Proses Pembelajaran.

a.       Pendidikan orang  tua terhadap anak yang kurang aktif guna mendukung tercapainya pendidikan disekolah, sehingga pihak sekolah merasa sulit dalam mencapai tujuan pendidikan.
b.      Kurangnya kerjasama orang tua siswa terhadap guru.
Dalam pelaksanaan pendidikan kerjasama antara Guru dan orang tua murid sengat penting, guna memudahkan pelaksanaan pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan.


D.    Penilaian
Penilaian merupakan suatu proses pengukur dan menilai tingkat pencapaian kompetensi dasar. Penilaian juga digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dalam proses pembelajaran, sehingga dapat dijadikan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan, dan perbaikan proses pembelajaran yang telah dilakukan.
  Adapun bentuk penilaian terhadap peserta didik diantaranya sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

a.       Sikap
 Artinya setiap peserta didik diberi pendidikan sikap moral sesuai dengan apa yang  diharapkan dalam pendidikan, seperti membiasakan peserta untuk melaksanakn Ibadah kepada Allah, dan selalu berperilaku syukur serta berdoa sebelum dan sesudah  melakukan aktivitas. Disamping itu peserta didik juga dilatih untuk bersikap sosial seperti membiasakan berperilaku  jujur, displin, tanggung jawab, santun, peduli dan percaya diri.
b.      Pengetahuan
  Merupakan teknik yang dilakukan untuk mengevaluasi peserta didik dengan menggunakan tes tertulis, lisan, maupun penugasan.
c.       Keterampilan
  Kinerja atau Performance adalah suatu penilaian yang meminta siswa untuk melakukan suatu tugas pada situasi yang sesungguhnya yang mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan.

E.     Perbedaan Proses Pelaksanaan Pendidikan MI Dengan Sekolah Umum
       Adapun perbedaan MI dengan sekolah umum yakni:
   Dari segi namanya madrasah. Madarsah merupakan sebuah kata yang terkandung makna pembelajaran keislaman di dalamnya
Madrasah lebih banyak jam pelajaran pendidikan agama,dimana jam pelajaran di madrasah adalah 8 jam sedangkan di sekolah umum pendidikan agama hanya 2 jam seminggu.
  Madrasah lebih dominan mempelajari materi-materi dari pendidikan agama, sedangkan di sekolah umum hanya sebgaian dasarnya atau pengenalan.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
     Dari hasil penjelasan pelajaran PAI di Madrasah Ibtidaiyyah maka dapat disimpulkan, bahawa dalam pendidikan MI cenderung memproritaskan pada pendidikan Agama Islam seperti, Al-Quran, Hadits, Akidah Akhlak, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab. Adapun bentuk strategi yang digunakan dalam proses pembelajaran diantaranya, dengan metode, cerita, Bermain, Pembiasaan, serta Menggunakan media pembelajaran seperti LCD, video, dan kartu.
















DAFTAR PUSTAKA

Wildana, guru materi pai. MI al-ma’arif no 1 saliweng benteng watampone. Watampone 2015.